Wednesday, 8 May 2013

Hati Lebih dari Sekedar Cermin, Namun Permata

Ada sebuah kisah hikmah abunawas dengan judul "Pertanyaan Sama,
Jawaban Berbeda" (bisa dicari sendiri pada blog terkait) dimana dalam
kisah tersebut diceritakan ada seorang murid yang sering bertanya
kepada abunawas "mengapa dengan pertanyaan yang sama, bisa
menghasilkan jawaban yang berbeda?". Kemudian abunawas memberi sedikit
penjelasan tentang mengapa tiap orang yang menanyakan pertanyaan yang
sama tadi mendapatkan jawaban yang berbeda? Singkatnya seperti
berikut,
Manusia boleh dibilang terbagi menjadi tiga tingkatan: tingkatan mata,
otak dan hati.
-Apakah tingkatan mata itu?
Anak kecil yang melihat bintang dilangit, ia mengatakan bintang itu
kecil, karena anak kecil tadi melihat hanya dengan menggunakan mata.
-Bagaimana dengan tingkatan otak?
Orang pandai yang melihat bintang, ia akan mengatakan bintang itu
besar, hanya saja nampak kecil karena terpaut dengan jaraknya yang
jauh sehingga nampak kecil.
-Kemudian tentang tingkatan hati?
Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang dilangit, ia akan
mengatakan bahwa bintang itu kecil sekalipun ia tahu kalau bintang itu
besar aslinya. Karena bagi orang yang mengerti, tidak ada sesuatu yang
besar jika dibandingkan dengan ke-maha besaran tuhan.

Dari kisah diatas ulasan ini mengambil kesimpulan bahwa hati tidak
akan mampu ingkar pada penciptanya dan hati selalu patuh pada
penciptanya, bukan tentang manusia berada ditingkat mananya melainkan
hati tetap mempunyai peran sebagai poros inti suatu kebaikan. Dalam
arti; hati seseorang sekelam apapun pasti selalu ingat pada tuhan dan
itu tetap terbawa dalam suasana apapun. Suatu contoh jika seseorang
melakukan kesalahan pasti ada saat ia nantinya muncul istilah
menyesal, terlepas akan mengulangi kesalahan tadi karena bodoh atau
hatinya memang beku dan terlepas positif yang kemudian berubah menjadi
baik, hati tetap memberi pembawaan baik dengan suatu pengingat
penyesalan datangnya diakhir. Ada lagi saat seseorang hendak melakukan
kejahatan, pasti terbesit atau hati kecilnya akan berbicara bahwa yang
demikian itu tidak baik. Masalah nanti ia kerjakan atau tidak
kejahatan tersebut, itu pertimbangan akal yang disitu bujukan baik dan
buruk saling bertentangan dan hati yang baik akan mensinkronkan otak
untuk befikir dengan normal. Atau juga apabila ada pekerjaan wajib
sekelas ibadah dan sadar bahwa diri ini belum menunaikannya, coba diam
sejenak bagaimana hati akan bicara? Bisa didengar suaranya "Kerjakan
dulu,, tidak akan mengurangi apapun dan pasti lega"

Hati memiliki peran yang menyeluruh serta inti pada keadaan diri yang
memimpin kepada keseluruhan raga. Seperti dalam satu kutipan "pada
keadaan tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka menjadi baiklah
seluruh anggota tubuhnya dan apabila ia buruk, maka buruklah seluruh
anggota tubuhnya, ingatlah ia adalah hati". Dari kutipan ini hati
memiliki peran dalam pembawaan manapun baik ucapan maupun tindakan
serta dalam perannya memberi banyak ungkapan yang mencahayai akal dan
lisan sehingga berbagai macam ungkapan hati ini akan muncul sebagai
perasaan. Baik ungkapan adanya suka senang bahagia tenang nyaman
tentram damai dan lain sebagainya, demikian juga akan muncul ungkapan
perasaan yang kurang baik seperti susah sedih runyam kecewa dan
seterusnya yang sebagaimana hati terbalik-balik sesuai suasana
sekitarnya. Namun saat hati sedang menanggung kekecewaan kesedihan
siapa yang pertama akan diingat hati kecuali penciptanya atau hati
akan mencari teman yang memang memahami kemudian membawakan
ketentraman atas kekecewaan tadi. Ini boleh disebut fakta bahwa
manusia lain tidak akan mampu mengusai hati seseorang secara
menyeluruh mengingat hati tidak akan mampu memungkiri penciptanya.
Oleh karenanya keburukan selalu berusaha menjajah dan mendikte
segumpal daging berharga ini agar selalu dan ikut larut dalam
kejelakan, hati hati!

Hati lebih dari sekedar cermin, namun intan permata. Banyak orang
akan membuat perumpamaan akan hati ini yang memang memiliki peran
sentral juga kemilau yang sering membawa takjub, ada yang menyebut
hati ini seperti cermin ada yang menyebut hati ini beningnya embun dan
masih banyak persamaan hati lainnya. Sampai akhirnya ulasan ini
menyebut hati seperti intan permata, yang karena tak mampu inkarnya
menjadi sangat berharga dan perlu serta selalu terjaga, intan permata
yang kemilaunya sedemikian menakjubkannya. Adapun suatu hubungan
manusia dikatakan sehati adalah, artinya kedua tadi merasa nyaman bila
bersama berteman saling mengerti dan membangun tentang patuh pada
penciptanya.

--
agus_ngawi 085733246907

No comments:

Post a Comment