Thursday, 2 May 2013

Puisi Kangen Komplikasi Waktu Adalah Untukmu

Ini terjadi mengiring jalannya matahari
Saat senyum pertamanya fajar sampai membakarnya tepat diatas kepala

Hmmm,,
Saya masih merinduimu sayang,,

Kamu masih kukagumi seperti puisi,
Hurufnya adalah tatanan rindu
Baitnya adalah rangkaian sayang
Menjadi utuh sajaknya tekadku, yang tak malu menulis untukmu
Hingga demikian,,

Sisa senyummu masih kubawa sampai dhuha,
Percakapan semalam masih membekas ditelinga,
Saya masih berjalan menitik history perbincangan kita,

Jalanan ini panas
Namun terasa sejuk, tiap kubaca celoteh bibir tulisanmu
Debu ini mengganggu,
Namun serpihnya semangat, tiap kulirik senyum malu pipimu

Saya tak ingin memaksamu membuka hati
Biar kita saling berjalan tanpa tuntutan

Yang perlu kamu ketahui hanyalah,
Kangenku masih memenuhi langit
Yang disitu tetap ada
Matahari
Awan
Juga tentunya senyum ramahmu,

Saya bersedia berlarut dalam keadaan manis ini
Saya tidak menolak kamu menjadi apapun
Saya sangat mau menaungi apabila
Kamu matahari dan bersembunyi
Kemudian awan menjadi hujan
Karena setelah itu
Masih bisa mengharap adanya pelangi,

Semua kehendak pasrah pada kuasanya,
Kita akan mengawalinya dengan mimpi kecil,
Mimpi yang sesungguhnya tak mau kubangunkan,
Sampai guntur memecahnya,,

Dan itu adalah bedug masjid diatas kepalaku,
Yang dipukul keras oleh bapak ta'mir,

Bedug bisa saja mananda waktu,
Namun tidak denganku yang waktu adalah bersamamu
Sampai nanti tiap malam dan selanjutnya
selalu ingin mendengar sapamu,,

--
agus_ngawi 085733246907

No comments:

Post a Comment